Pondok Pesantren DAARUL MUHYI: Desember 2020

Minggu, 27 Desember 2020

Dunia Tak Lebih Berharga dari Sayap Nyamuk

Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW menerangkan bahwa di hadapan Allah Ta'ala, dunia ini tidak lebih berharga daripada sebelah sayap nyamuk.

Yang dicela dari dunia bukanlah ciptaan Allah di dalamnya seperti gunung, lautan, bulan, bintang, dan sebagainya melainkan tingkah polah manusia selaku makhluk yang diberi amanah oleh Allah untuk mengelolanya.

Betapa banyak kerusakan dan penyimpangan yang terjadi di muka bumi akibat hawa nafsu dan ketamakan manusia. Hal inilah yang sebetulnya dipandang rendah daripada sayap nyamuk. Sebab dunia dan isinya hakikatnya diciptakan untuk sarana beribadah pada Allah, namun banyak manusia menjadikannya sebagai tujuan hidup hingga melanggar aturan dan batasan Allah Sang Pencipta.

Berikut alasan-alasan mengapa dunia disifati dengan kerendahan :

✓ Penyakit cinta dunia yang ada di hati manusia menyebabkan ia mengagungkan dunia, padahal ia rendah dan hina di sisi Allah.

✓ Kecintaan pada dunia menyebabkan tujuan hidup seseorang hanyalah dunia semata, padahal Allah menciptakan dunia dan isinya ini sebagai sarana meraih ridha dan pahala dari-Nya. Namun sarana itu berubah menjadi tujuan.

✓ Kecenderungan hati pada dunia bisa menghalangi seseorang beramal untuk akhiratnya sebab ia sibuk menikmati kelezatan duniawi dan lalai dari nasib akhiratnya.

✓ Kecintaan pada dunia menyebabkan hati seseorang bergantung pada dunia. Merasa sesak jika perkara dunianya hilang dan merasa lega ketika bertambah.

✓ Mengutamakan dunia menyebabkan seseorang jatuh pada predikat sebodoh-bodoh manusia sebab orang yang berakal tidak akan memilih dan mengutamakan kehidupan yang fana dan semu daripada kehidupan yang abadi dan hakiki.

Wallahu a'lam

➖➖➖➖
Yukk... ber-SEDEKAH

Ikut dukung berbagai program kebaikan, Pembangunan Pondok Pesantren Daarul Muhyi.

Rekening sedekah
Bank BSM (451)
Rek no. 7092909659
a.n Abdul Muhyidin
konfirmasi sedekah
0813-1867-3757
0813-8921-4162
0852-1826-6234

Ponpes Daarul Muhyi
-Mewujudkan Generasi Islam yang BerTaqwa, BerIlmu, Terampil, Sehat dan BerAkhlaqul Karimah-

📱FanPage: https://bit.ly/daarulmuhyi_fb
📷Instagram: https://bit.ly/daarulmuhyi
🌏Web: https://bit.ly/daarulmuhyi_web

#ponpes
#daarul_muhyi
#nasehat
#motivasi
#inspirasi

TUNAIKAN HAK ORANG LAIN

Tahukah Sahabat bahwa sebenarnya terdapat hak orang lain dalam sebagian harta kita?

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,

وَفِىٓ أَمْوَٰلِهِمْ حَقٌّ لِّلسَّآئِلِ وَٱلْمَحْرُومِ

"Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian." (QS. Adz Dzariyat: 19)

Hak orang lain itu dapat dikeluarkan dalam bentuk zakat bila memang telah terpenuhi syarat-syaratnya, atau bisa juga dalam bentuk infak dan sedekah yang bersifat sunnah.

Hal ini sebenarnya mudah, hanya saja seringkali disepelekan.

Padahal kalau saja selalu ditunaikan, tentu akan banyak orang-orang miskin yang terbantu dari kesulitan hidupnya.

Istiqomah adalah Karamah Terbesar

Dari Sufyan bin Abdullâh ats-Tsaqafi, ia berkata, "Aku berkata, 'Wahai Rasulullah, katakan kepadaku di dalam Islam satu perkataan yang aku tidak akan bertanya kepada seorangpun setelah Anda!' Beliau menjawab, 'Katakanlah, "aku beriman", lalu istiqamahlah' ".(HR.Muslim, Ahmad, Tirmidzi dan Ibnu Majah).

Imam Ibnu Rajab al-Hambali rahimahullah menjelaskan, “Istiqomah adalah meniti jalan yang lurus, yaitu agama yang lurus, dengan tanpa membelok ke kanan atau ke kiri. Dan istiqamah mencakup melakukan semua ketaatan yang lahir dan yang batin dan meninggalkan semua perkara yang dilarang. Maka wasiat ini mencakup seluruh ajaran agama”.

Selayaknya seorang hamba senantiasa bersungguh-sungguh dalam beristiqamah di atas jalan Allah yang lurus dan berusaha menjaga dirinya agar selalu taat pada Allah SWT.

Ada kalanya seorang hamba yang shalih mendapatkan karamah dari Allah Ta'ala berupa kejadian luar biasa yang keluar dari tabiat atau kebiasaan manusia dengan tujuan mengokohkan agamanya. Meski demikian, puncak dari karamah yang sesungguhnya adalah ketetapan dalam istiqamah.

Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata, “Puncak dari karamah ialah ketetapan dalam istiqamah. Maka Allah tidak akan memberi karamah bagi hamba-nya melebihi (karamah berupa) pertolongan-Nya untuk melakukan apa yang Ia cintai dan ridhoi, menambah kedekatan dengan-Nya, dan kemudian Allah mengangkat derajatnya” (Majmuu’ Al Fatawaa 11/298).

Oleh sebab itu, Ibnul Qoyyim rahimahullah menukil perkataan indah dalam Madarijus Salikin, "Jadilah orang yang beristiqamah, (dan) jangan menjadi pencari karamah karena sifat jiwamu itu tergerak mencari karamah, sedangkan Rabb-mu menuntutmu untuk istiqamah!.". Wallahu a'lam.

Sabar dan Kemenangan Selalu Berdampingan

Allah SWT berfirman,

" Dan sungguh telah didustakan para Rasul sebelummu, maka mereka pun bersabar menghadapi pendustaan terhadap mereka dan mereka juga disakiti sampai tibalah pertolongan kami. " (QS. Al An'aam :34)

Ayat ini membicarakan tentang kesabaran para Rasul sebelum Nabi Muhammad SAW dalam menghadapi gangguan dan pendustaan kaumnya. Lantas, kesabaran seperti apakah yang dipegang para Rasul?

Ketika menjelaskan makna sabar, Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah berkata, “ Sabar adalah meneguhkan diri dalam menjalankan ketaatan kepada Allah, menahannya dari perbuatan maksiat kepada Allah, serta menjaganya dari perasaan dan sikap marah dalam menghadapi takdir Allah ….” (Syarh Tsalatsatul Ushul, hal. 24).

Dengan demikian, sabar harus ada dalam tiga keadaan, yaitu sabar dalam menjalankan ketaatan kepada Allah, sabar untuk tidak melakukan kemaksiatan pada Allah, dan sabar dalam menghadapi takdir Allah baik berupa hal yang menyakitkan yang berasal dari lingkungan sekitar maupun orang lain.

Para ulama mengatakan, di samping iman dan amal shalih, sebab terbesar meraih kemenangan, keberhasilan dan cita-cita yang tinggi adalah kesabaran. Semakin besar gangguan dan ujian yang menimpa, makin dekat pertolongan dan datangnya kemenangan.

Maka yang dibutuhkan tatkala menjalani ujian demi ujian dalam kehidupan ini adalah sikap sabar, yakni teguh dan konsisten dalam melaksanakan perintah Allah, menahan diri dari melanggar larangan dan batasan-Nya dan menahan diri serta hati dari marah atas takdir pahit dan musibah yang menimpa.

Barangsiapa bisa konsisten di atas ketiga sikap ini niscaya dia akan mendapatkan pertolongan Allah SWT berupa kebaikan dunia dan akhirat, ma'iyyah (kebersamaan) Allah atas semua urusannya, bimbingan dan petunjuk dalam semua aspek hidupnya, dan pahala yang tak terbatas di akhirat kelak. Itulah hakikat kemenangan seorang hamba. Wallahu a'lam.

Orang Bertaqwa Dicintai Para Wali-Nya

Dalam QS. Maryam ayat 96, Allah Ta'ala berfirman,

" Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal shalih, kelak Allah Yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hatj) mereka raaa kasih sayang. "

Allah Ta'ala telah berjanji pada orang-orang yang memadukan antara keimanan dan amal shalih bahwa Dia akan menjadikan rasa cinta buat mereka. Allah Ta'ala akan memunculkan rasa cinta dan kasih sayang di hati para wali-Nya dari kalangan penduduk bumi dan penduduk langit pada orang yang demikian.

Allah Ta'ala menempatkan rasa cinta makhluk atas mereka karena mereka mencintai Allah. Sebagai balasannya, Allah menjadikan para wali dan kekasih-Nya mencintai mereka.

Ini merupakan nikmat yang hanya diberikan Allah Ta'ala pada hamba-hamba-Nya yang beriman dan beramal shalih. Dalam sebuah hadits disebutkan, “ Apabila Allah mencintai seorang hamba, Dia memanggil Jibril, 'Sesungguhnya Allah mencintai fulan, maka cintailah dia!' Maka Jibril mencintainya, lalu Jibril memanggil penduduk langit, 'Sesungguhnya Allah mencintai si fulan, maka cintailah dia!' lalu penduduk langit mencintainya, kemudian ia pun diterima di bumi .” (HR. Bukhari)

Jika seseorang telah mendapatkan kecintaan para wali-Nya maka berbagai urusannya akan menjadi mudah, ia akan meraih berbagai macam kebaikan, doa-doa, petunjuk, dan memperoleh kepemimpinan. Wallahu a'lam.

Memaafkan Kesalahan Orang Lain

Salah satu ciri orang bertakwa adalah sebagaimana yang disebutkan Allah SWT dalam QS. Ali Imran ayat 134 yang artinya,

" (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan."_

Dalam ayat ini, Allah SWT menyebutkan bahwa salah satu ciri orang bertakwa adalah menginfaqkan hartanya baik di waktu lapang dan makmur maupun di waktu susah dan miskin.

Selain itu, mereka adalah orang yang menyembunyikan amarahnya dan menahannya dalam hati. Kemarahan dekat dengan kedzaliman. Orang yang tidak mampu menahan kemarahannya akan cenderung berbuat dzalim pada orang lain.

Nah, orang yang bertakwa diberi kemampuan oleh Allah SWT untuk tidak memperlihatkan kemarahannya. Selain tidak memperlihatkannya, ia juga tidak membalas kesalahan yang dilakukan orang lain padanya padahal ia berhak membalas serta memiliki kemampuan untuk membalas.

Yang termasuk tindakan memaafkan adalah memaafkan segala hal yang terjadi akibat perbuatan orang yang telah berbuat buruk pada kita. Memaafkan itu lebih baik daripada sekedar menahan amarah sebab memaafkan adalah tindakan meninggalkan balas dendam disertai kelapangdadaan terhadap orang yang berbuat jelek.

Perbuatan menahan amarah dan memaafkan ini hanya bisa muncul dari pribadi yang menghiasi dirinya dengan akhlak yang terpuji.

Orang yang memiliki akhlak yang terpuji, memaafkan kesalahan hamba-hamba Allah sebagai bentuk kasih sayangnya pada mereka. Ia suka jika Allah mengampuni mereka dan benci jika keburukan menimpa mereka. Dengan sikap itu, ia mengharapkan pula ampunan dan kasih sayang Allah atas dirinya sebagaimana ia telah memaafkan dan mengharapkan kebaikan atas orang-orang yang berbuat salah padanya.

Dengan demikian ia pada dasarnya bertransaksi dengan Allah SWT. Inilah yang disebutkan dalam firman Allah, "Maka barangsiapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah." (QS. Asy-Syuara:40). Wallahu a'lam.

Kamis, 24 Desember 2020

IKHLAS BERBAGI

Tahukan sahabat, bahwa harta yang kita sedekahkan kepada orang yang membutuhkan, akan sampai ke tangan Allah sebelum sampai ke tangan mereka?

Hal tersebut dijelaskan oleh Ibnul Qayyim dalam kitabnya sebagai berikut:

"Sekiranya seorang yang bersedekah mengetahui bahwa sedekahnya itu lebih dahulu sampai ke tangan Allah sebelum sampai ke tangan orang miskin, niscaya kebahagiaan yang dirasakan oleh pemberi sedekah itu lebih besar daripada kebahagiaan yang dirasakan oleh penerimanya".

Ini menunjukkan bahwa sedekah adalah sebuah amalan yang amat disukai Allah subhanahu wa ta'ala.

Yuk Sahabat, sempurnakan kebaikan hari ini dengan bersedekah. Semoga sedekah yang kita tunaikan menjadi wasilah untuk mendapatkan rahmat-Nya.

Rabu, 23 Desember 2020

SEDEKAH LINDUNGI KITA DARI RUGI

Setiap orang tentunya ingin menjadi orang yang tidak merugi, harapannya kita ingin jadi orang yang beruntung yang selalu diizinkan oleh Allah mendapatkan apapun yang diinginkan. Semua itu tentu bisa kita usahakan dengan mengerjakan amalan yang akan mengundang pertolongan dan kasih sayang Allah SWT.

Sungguh beruntung orang-orang yang gemar bersedekah. Begitu banyak ayat Alquran dan Hadits nabi Muhammad yang menerangkan keutamaan sedekah. Dalam bersedekah, tentu kita ingin memberikan yang terbaik untuk amalan yang terbaik pula.

“Perumpamaan orang-orang yang mendermakan harta bendanya di jalan Allah, seperti (orang yang menanam) sebutir biji yang menumbuhkan tujuh untai dan tiap-tiap untai terdapat seratus biji dan Allah melipatgandakan (balasan) kepada orang yang dikehendaki, dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. al-Baqarah [2]: 261)

Sahabat, mari kita tunaikan amalan terbaik kita untuk mengundang pertolongan dan karunia Allah SWT. Demi kebahagiaan dunia dan akhirat kita. Aamiin Yaa Robbal’alamiin.

Yuk tumbuhkan kebahagiaan #DimulaiDariSedekahKita

HARI JUMAT, SEDEKAH YUK!

“Sedekah itu dilipat gandakan pahalanya pada hari Jum'at (yakni bila sedekah itu pada hari Jum'at maka pahala berlipat ganda dari lain-lain hari.” (HR. Abi Syaibah)

Keutamaan sedekah di hari Jumat, sudah sangat sering kita bahas. Tapi sudahkan kita melakukannya dengan istiqomah?

Ini adalah kesempatan untuk kita semua, meraih berkah dari harta yang kita miliki dengan melaksanakan sedekah. Apalagi kita tunaikan di hari Jumat, berkahnya bisa berkali lipat. InsyaAllah Aamiin.

JAGA IMUN DENGAN MENJAGA IMAN

Kasus corona di Indonesia ternyata belum selesai dan masih terus terjadi. Banyak orang yang terkonfirmasi positif terpapar virus corona ini. Tentunya hal ini menjadi satu perhatian penting untuk kita menjaga diri dengan meningkatkan imun dan meningkatkan keimanan kita kepada Allah SWT.

Dzikir, menjadi salah satu amalan yang bisa kita lakukan untuk memperkuat keimanan kita, memberikan ketenangan jiwa dengan meminta perlindungan kepada Allah SWT. Dengan begitu InsyaAllah kekuatan Imun juga akan terjaga. Karena sejatinya di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Artinya, kesehatan jiwa akan sangat mempengaruhi kesehatan raga kita.

Sehatkan jiwa dengan Dzikir, kare dzikir memiliki 3 keutamaan

1. Memperoleh ridha dari Allah

Hal yang paling kita cari dalam hidup ini. Barang siapa yang memperbanyak dzikir, baik pagi, siang, sore dan malam maka akan mendapatkan jaminan keselamatan di dunia serta di akhirat.

2. Dilindungi dari segala marabahaya

Banyak berdzikir Insya Allah akan dijauhkan dari hal-hal buruk.

3. Mendapat nilai terbaik ketika Hari Kiamat

Dari Abu Hurairah RA, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: "Barangsiapa yang mengucapkan kalimat ‘subhanallah wa bi hamdih’ di pagi dan sore hari sebanyak 100 kali maka tidak ada yang datang pada hari kiamat yang lebih baik dari yang ia lakukan kecuali orang yang mengucapkan semisal atau lebih dari itu." (HR. Muslim)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda;

"Perumpamaan orang yang berdzikir kepada Tuhannya dengan orang yang tidak berdzikir kepada Tuhannya adalah seperti orang yang hidup dengan orang yang mati"(HR. al-Bukhari)

Referensi materi : muslim.okezone.com

Setelah Dzikir jangan lupa sempurnakan dengan sedekah, agar terhindar dari wabah.

Selasa, 22 Desember 2020

Ayah Ibu, Aku Ingin Meraih Surga

Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

« رَغِمَ أَنْفُهُ ثُمَّ رَغِمَ أَنْفُهُ ثُمَّ رَغِمَ أَنْفُهُ ». قِيلَ مَنْ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ « مَنْ أَدْرَكَ وَالِدَيْهِ عِنْدَ الْكِبَرِ أَحَدَهُمَا أَوْ كِلَيْهِمَا ثُمَّ لَمْ يَدْخُلِ الْجَنَّةَ »

“Sungguh terhina, sungguh terhina, sungguh terhina.” Ada yang bertanya, “Siapa, wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, ”(Sungguh hina) seorang yang mendapati kedua orang tuanya yang masih hidup atau salah satu dari keduanya ketika mereka telah tua, namun justru ia tidak masuk surga.”
(HR. Muslim)

Dari Abdullah bin ’Umar, ia berkata,

رِضَا الرَّبِّ فِي رِضَا الْوَالِدِ وَ سَخَطُ الرَّبِّ فِي سَخَطِ الْوَالِدِ

"Ridha Allah tergantung pada ridha orang tua dan murka Allah tergantung pada
murka orang tua.”

(Adabul Mufrod no. 2. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan jika sampai pada sahabat, namun shahih jika sampai pada Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam)

Sungguh, jasa orang tua apalagi seorang ibu begitu besar. Mulai saat mengandung, dia mesti menanggung berbagai macam penderitaan. Tatkala dia melahirkan juga demikian. Begitu pula saat menyusui, yang sebenarnya waktu istirahat baginya, namun dia rela lembur di saat si bayi kecil kehausan dan membutuhkan air susunya. Oleh karena itu, jasanya sangat sulit sekali untuk dibalas, walaupun dengan memikulnya untuk berhaji dan memutari Ka’bah.

Barakallahu Fiikum..
Semoga Allah menjadikan kita hamba-hamba Nya yang selalu berbakti kepada kedua orang tua kita. Aamiin..

Senin, 21 Desember 2020

KEUTAMAAN SEDEKAH DARI HARTA YANG KITA CINTAI

Sahabat, sedekah salah satu amalan yang luar biasa. Kebaikan dalam sedekah tidak hanya dirasakan oleh yang menerimanya tapi juga untuk yang memberinya. Kita setuju ya, bahagia itu bisa kita rasakan saat kita mampu berbagi dengan orang lain. Apalagi saat kita bisa melihat orang lain bahagia bersama kita, itu menjadi sesuatu yang tak ternilai harganya.

Kita bisa belajar memperoleh kebaikan dengan berbagi dari harta yang kita cintai. Karena salah satu bentuk cinta kita terhadap harta yang kita miliki adalah dengan menyedekahkannya. Harta yang di sedekahkan bisa kita bawa hingga ke akhirat nanti.

Jadi tunggu apa lagi? Yuk sedekah dari harta yang kita cintai. Untuk membahagiakan mereka yang kita cintai.

“Kamu tidak akan memperoleh kebaikan, sebelum kamu menginfaqkan sebagian harta yang kamu cintai” (Q.S Ali-Imran : 92)

Jumat, 18 Desember 2020

ALLAH TAHU KITA MAMPU!

Ketika ujian kehidupan menyapa, jangan panik atau gelisah berlebihan dalam menghadapinya. Karena ujian itu sejatinya dari Allah, untuk hamba-hamba yang dicintaiNya.

Hadirkan prasangka baik bahwa Allah menguji untuk mengangkat derajat kita, atau memperkuat keimanan kita, menghapus dosa-dosa kita, atau hikmah lain yang hanya Allah yang mengetahuinya.

Melangkahlah dengan tenang dan yakin, Allah menguji kita karena kita mampu melaluinya.

لَا يُكَلِّفُ ٱللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا ۚ

"Allah tidak membebani seseorang, melainkan sesuai dengan kesanggupannya." (QS. Al Baqarah: 286)

Sahabat, setiap bagian kehidupan ini adalah ujian. Maka mustahil bila hidup tanpa diuji oleh Allah.

Kuncinya, teruslah dekat dengan Allah. Semoga setiap kesulitan Dia mudahkan, setiap ujian yang berat pun Dia ringankan.

KEBAIKAN PASTI KEMBALI KEPADA PEMILIKNYA

Pernahkah sahabat berbuat kebaikan kepada orang lain, kemudian di lain waktu merasakan kebaikan yang sama dari orang lain?

Ini adalah gambaran sederhana bahwa kebaikan akan kembali pada pemiliknya. Namun tidak cukup di situ saja, karena Allah sangat mampu membalas satu kebaikan dengan kebaikan yang berkali-kali lipat.

Namun intinya, perbuatan baik yang kita lakukan kepada orang lain, sebenarnya kita sedang berbuat baik kepada diri sendiri.

Ingatlah firman Allah Ta'ala,

إِنْ أَحْسَنتُمْ أَحْسَنتُمْ لِأَنفُسِكُمْ ۖ

"Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri." (QS. Al Isra: 7)

So, jangan berhenti berbuat baik ya Sahabat!

Rabu, 16 Desember 2020

Tafsir Surah An-Nasr ayat : 3

إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا
(Sesungguhnya Dia adalah Maha Menerima taubat)

Maksudnya, Allah Maha menerima taubat orang-orang yang bertasbih dan memohon ampunan. Dia mengampuni, merahmati mereka dan menerima taubat mereka. Apabila Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam saja yang sudah ma’shum (terpelihara dari dosa-dosa) diperintahkan untuk beristighfar, maka bagaimanakah dengan orang lain?
.
📚 Al-Jami Li Ahkamil Qur’an (20/215)

Pondok Pesantren DAARUL MUHYI